widgetku

Friday, May 17, 2013

Hakikat Anak Didik


HAKIKAT ANAK DIDIK

A.           Hakikat anak didik sebagai manusia
Sebelum  mempelajari secara khusus mengenai anak didik dalam kaitannya sebagai siswa, perlu kiranya melihat anak didik itu sebagai manusia dengan kata lain manusia adalah kunci utama dalam kegiatan pendidikan. Dalam hal ini, ada beberapa pandangan mengenai hakikat manusia.
1.      Pandangan Psikoanalitik
2.      Pandangan humanistik
3.      Pandangan martin buber
4.      Pandangan behavioristik

1.      Pandangan psikoanalitik
Para psikoanalitis beranggapan bahwa manusia pada hakikatnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif . Tingkah laku individu ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang memang sejak semula sudah ada pada diri setiap individu.

2.      Pandangan humanistik
Rogers, tokoh dari pandangan humanistik, berpendapat bahwa manusia memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ketujuan yang positif.
Adler juga mendukung pandangan humanistik tersebut, ia berpendapat bahwa manusia tidak semata-mata digerakkan oleh dorongan untuk memuaskan kebutuhan dirinya sendiri, tetapi manusia digerkakkan dalam hidupnya sebagian oleh rasa tanggung jawab dan sebagian lagi oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu.

3.       Pandangan Martin Buber
Tohoh martin buber berpendapat bahwa hakikat manusia tidak dapat dikatakan ini atau itu. Manusia merupakan suatu keberadaan yang berpotensi, namun dihadapkan pada kesemestaan alam sehingga manusia itu terbatas. Ini berarti bahwa apa yang dilakukan tidak dpat diramalkan.

4.      Pandangan Behavioristik
Pandangan dari kaum behavioristik pada dasarnya menganggap bahwa manusia sepenuhnya adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar. Faktor lingkungan inilah yang merupakan penentu tunggal dari tingkah laku manusia.

B.            Anak didik sebagai subjek belajar
Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar, sebab relefan dengan uraian diatas bahwa siswa atau anak didiklah yang menjadi pokok persoalan dan sebagai tumpuan perhatian. Siswa atau anak didik itu akan menjadi faktor “ penentu”, sehingga menuntut dan dapat menpengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Dengan demikian, tidak tepat jika dikatakan bahwa siswa atau anak didik itu sebagai objek dalam proses belajar mengajar. Pandangan yang menganggap siswa itu sebagai objek, sebenarnya mendapat pengaruh oleh konsep tabularasa bahwa anak didik diibaratkan sebagai kertas putih yang dapat ditulis sekehendak hati oleh para guru atau pengajarnya. Dalam konsep ini berarti siswa hanya pasif seolah-olah barang, terserah mau diapakan, mau dibawa kemana, terserah kepada yang akan membawanya atau gurunya. Sebaliknya guru akan sangat dominan, ibarat raja di dalam kelas.

C.            Kebutuhan Siswa
Berikut ini adalah beberapa hal yang menjadi kebutuhan siswa, antara lain:
1.      Kebutuhan jasmani
2.      Kebutuhan sosial
3.      Kebutuhan intelektual

1.       Kebutuhan Jasmani
Hal ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang bersifat jasmaniah, entah yang menyangkut kesehatan jasmani berupa olahraga yang menjadi materi utama. Disamping itu kebutuhan-kebutuhan lain seperti makan, minum, tidur, pakaian, dan sebagainya yang perlu mendapat perhatian.

2.      Kebutuhan Sosial
Pemenuhan saling bergaul sesama siswa dan guru serta orang lain merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan sosial anak didik atau siswa. Dalam hal ini sekolah harus dipandang sebagai lembaga tempat para siswa belajar, bergaul, dan beradaptasi dengan lingkungan, seperti misalnya bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku bangsa, agama, status sosial, dan kecakapan.

3.      Kebutuhan Intelektual
Setiap siswa tidak sama dengan dalam hal ini untuk mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan. Mungkin ada yang lebih berminat belajar ekonomi, sejarah, biologi, atau yang lain. Minat semacam ini tidak dapat dipaksakan kalau ingin mencapai hasil belajar yang optimal.
Robert J. Havigurst dalam bukunya “Human Development Education”, mengemukakan suatu cara untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak didik. Menurut tokoh ini bahwa setiap orang harus dapat memenuhi tugas. Tugas tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Pemenuhan tugas-tugas tertentu itulah disebutnya dengan  istilah Developmental tasked. Kesanggupan memenuhi tugas-tugas itu berarti akan memberi kepuasan dan kebahagiaan. Inilah yang dikatakan seseorang dapat memenuhi kebutuhannya. Berikut ini adalah beberapa develomental tasked yang harus dipenuhi oleh setiap individu manusia subjek belajar.
1.      Memahami dan menerima baik keadaan jasmani.
2.      Memperoleh hubungan yang memuaskan dengan teman-teman sebayanya.
3.      Mencapai hubungan yang lebih matang dengan orang dewasa.
4.      Mencapai kematangan emosional.
5.      Menuju kepada keadaan berdiri sendiri dalam lapangan finansial.
6.      Mencapai kematangan intelektual.
7.      Membentuk pandangan hidup.
8.      Memperisapkan diri untuk mendirikan rumah tangga sendiri.

D.           Pengembangan individu dan karakteristik siswa
Sudah populer di indonesia bahwa tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya adalah ingin menciptakan “manusia seutuhnya”. Yang dikatakan manusia utuh itu adlah individu-individu manusia, bukan kelompok sehingga manusia seutuhnya itu adalah persona atau individu yang mampu menjangkau segenap hubungan dengan Tuhan, dengan lingkungan, dengan manusia lain dalam suatu kehidupan manusia dan dengan dirinya sendiri.
Karakteristik siswa adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. Berikut ini adalah beberapa karakterisitik siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa antara lain:
1.    Latar belakang pengetahuan dan taraf pengetahuan
2.    Gaya belajar
3.    Tingkat kematangan
4.    Motivasi dan lain-lain.
Disamping keterangan di atas, guru dalam peranannya sebagai pendidik, pembimbing dan pengganti orang tua di sekolah, perlu mengetahui data-data pribadi dari anak didiknya. Data-data pribadi itu, misalnya:
1.    Keterangan pribadi, seperti: nama, tanggal dan tempat lahir, alamat, jenis kelamin, nama orang tua, agama.
2.    Keadaan rumah, seperti: pekerjaan ibu dan bapak, jumlah adik, pendidikan orang tua, agama orang tua, suasana rumah, status rumah.
3.    Kesehatan, seperti penyakit-penyakit tertentu, cacat badan, kebiasaan hidup.
4.    Sifat-sifat pribadi.

Sumber:
     Sadirman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
               Rajagfarindo Persada.

No comments:

Post a Comment

m
o
c
.
r
u
u
N
n
A
h
a
i
r
e
p
a
S
.
w
w
w