SEMIOTIK
DAN KEGUNAANNYA
1. Sejarah Semiotik
Sejarah semiotik telah bermula sejak zaman
Yunani, yaitu pada zaman Plato dan Aristoteles. Kedua tokoh tersebut telah
memulai sebuah teori bahasa dan makna. Namun tidak lama selepas era tersebut,
teori ini dirasakan tidak wajar, lalu kegunaan dan keunggulannya mulai memudar.
Pada era modern ilmu ini muncul kembali, dengan tokoh-tokoh sebagai berikut:
CHARLES SANDERS PIERCE
Peirce mengemukakan teori segitiga makna
yang terdiri atas tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan
interpretant. Baginya, tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat
ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang
merepresentasikan hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce
terdiri atas Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang
muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan
sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek.
FERDINAND DE SAUSSURE
Menurut Saussure, tanda terdiri atas
bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda, dan konsep-konsep
dari bunyi-bunyian dan gambar, disebut signified. Dalam berkomunikasi,
seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain
akan menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure disebut “referent”.
Menurut Saussure, “Signifier dan signified merupakan kesatuan, tak dapat
dipisahkan, seperti dua sisi dari sehelai kertas.”
2. Pengertian
Semiotik
Dari segi istilah, semiotik berasal dari kata Yunani
Kuno “semion” yang berarti ‘tanda’ atau “sign” dalam bahasa Inggris. Semiotik
merupakan ilmu yang mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi dan
ekspresi. Di dalam penelitian sastra, pendekatan semiotik khusus meneliti
sastra yang dipandang memiliki sistem tersendiri, sedangkan sistem itu
berurusan dengan masalah teknik, mekanisme penciptaan, masalah ekspresi, dan
komunikasi. Kajian sastra harus dikaitkan dengan masalah ekspresi dan
manusianya, bahasa, situasi, simbol, gaya, dan sebagainya.
Semiotika atau semiologi berarti ilmu tanda-tanda
(sign) secara sistematik. Semiotik menunjukkan bidang kajian khusus, yaitu
sistem yang secara umum dipandang sebagai tanda, seperti puisi, rambu-rambu
lalu lintas, dan nyanyian burung.
3. Jenis-Jenis
Semiotik
Menurut
Pateda (Sobur 2001:100-101) ada sembilan macam semiotik yang kita kenal sekarang ini,
yaitu:
1. Semiotik
analitik, yaitu semiotik yang menganalisis sistem tanda.
2. Semiotik
deskriptif, yaitu semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita
alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang
disaksikan sekarang.
3. Semiotik
faunal/zoosemiotik, yaitu semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang
dihasilkan oleh hewan.
4. Semiotik
kultural, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam
kebudayaan masyarakat tertentu.
5. Semiotik
naratif, yaitu semiotik yang menelaah sistem tanda narasi yang berwujud mitos
dan cerita lisan (folklore).
6. Semiotik
natural, yaitu semiotik yang
khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam.
7. Semiotik
normatif, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh
tanda yang dibuat manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu
lintas.
8. Semiotik
sosial, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh
manusia yang berwujud lambang, baik berwujud kata ataupun kalimat.
9. Semiotik
struktural, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
Menurut John
Fiske, terdapat tiga area penting dalam studi semiotik, yakni:
1.
Tanda, dalam hal ini
berkaitan dengan beragam tanda yang berbeda, seperti cara mengantarkan makna
serta cara menghubungkan dengan orang yang menggunakannya. Tanda adalah
perbuatan manusia dan hanya bisa dimengerti oleh orang-orang yang
menggunakannya.
2.
Kode atau sistem di
mana lambang-lambang disusun. Studi ini
meliputi bagaimana beragam kode yang berbeda dibangun untuk mempertemukan
dengan kebutuhan masyarakat dalam sebuah kebudayaan.
3.
Kebudayaan dimana kode
dan lambang itu beroperasi (Fiske, 1990:40 dalam Alex Sobur 2001:94).
Tanda,
kode atau sistem dan kebudayaan tidak akan bisa dan mudah dipahami tanpa
merujuk pada objek-objek yang dijadikan tanda, kode atau sistem dan dalam
kebudayaan yang sama. Walaupun ada kebudayaan universal dengan nilai-nilai,
tanda-tanda, dan kode-kode atau sistem universal, maka objek-objek yang dijadikan rujukannya
haruslah bersifat universal pula. Sebagai contoh adalah bendera. Setiap negara
di dunia pasti mempunyai bendera yang terbuat dari selembar kain. Orang tidak
akan bisa dan mudah mengerti ini
bendera Indonesia, bendera Amerika, tanpa menunjuk pada rujukan
yang disebutkan. Orang menyebut bendera Indonesia sambil mengangkat atau
menunjukkan bendera Indonesia dengan warna merah di atas dan warna putih di
bawah. Bila orang menyebutkan bendera Indonesia sambil mengangkat atau
menunjukkan bukan bendera Indonesia, melainkan bendera Amerika (rujukan salah)
dan persepsi bendera dengan banyak bintangnya itu bendera Indonesia. Maka suatu
saat orang itu menyebut bendera Indonesia dengan mengangkat atau menunjuk
bendera Amerika akan dinyatakan salah, karena yang dimaksud bendera adalah
warna merah di atas dan putih di bawah, bukan bendera yang ada bintannya. Maka
rujukan menjadi sangat penting dalam studi semiotika.
4. Fungsi
Semiotik
Sebagai
ilmu, semiotika berfungsi untuk mengungkapkan secara ilmiah keseluruhan tanda
dalam kehidupan manusia, baik tanda verbal maupun nonverbal. Sebagai
pengetahuan praktis, pemahaman terhadap keberadaan tanda-tanda, khususnya yang
dialami dalam kehidupan sehari-hari berfungsi untuk meningkatkan kualitas
kehidupan melalui efektivitas dan efesiensi. Jadi, pemanfaatan sistem tanda
secara benar mempermudah aktivitas kehidupan.
No comments:
Post a Comment