widgetku

Friday, May 17, 2013

Pragmatik: Presuposisi dan Entailmen


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
         Makna sebuah tuturan tidak hanya dapat ditentukan dengan faktor-faktor lingual yang membentuk tuturan itu, tetapi juga dapat ditentukan dengan faktor-faktor nonlingual. Penentuan makna sebuah tuturan berdasarkan faktor lingual dapat dikaji dari bentuk-bentuk lingual yang membentuknya. Namun, penentuan makna sebuah tuturan berdasarkan faktor nonlingual biasa sangat bervariasi tergantung pada situasi tutur yang melandasinya.
         Pragmatik merupakan salah satu objeknya, pragmatik mengkaji maksud dari penutur (speaker meaning). Pragmatik menelaah mengenai hubungan tanda-tanda dengan penafsir atau dengan kata lain pragmatik merupakan studi tentang hubungan antara tanda dan penafsirnya. Charles Morris (dalam Mey, 1993: 35) menjelaskan bahwa pragmatik dan semantik berurusan dengan makna, tetapi perbedaannya terletak pada perbedaan penggunaan verb to mean. Lazimnya semantik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang melibatkan dua segi (dyadic), what does X mean?, sedangkan pragmatik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang melibatkan tiga segi (triadic), what did you mean by X ?
         Dengan demikian, dalam pragmatik makna diberi definisi dalam hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa, sedangkan dalam semantik, makna didefinisikan semata-mata sebagai ciri-ciri ungkapan-ungkapan dalam suatu bahasa tertentu, terpisah dari situasi, penutur dan mitra tuturnya. Lebih lanjut Leech (1993 : 8) mengatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situation).
         Banyak ahli seperti Levinson (1983 : 9) dan Bambang Kaswanti Purwo (1990 : 17) mengatakan bahwa lingkup objek kajian pragmatik mencakup deiksis, presuposisi, tindak tutur, implikatur percakapan, dan struktur percakapan. Makalah ini tidak akan membicarakan lingkup pragmatik secara keseluruhan tetapi pada presuposisi atau praanggapan dan entailmen.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas pada penulisan kali ini. Masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan presuposisi?
2.      Apa saja tipe-tipe presuposisi?
3.      Apa yang dimaksud persoalan proyeksi?
4.      Apa yang dimaksud dengan entailmen?

1.3  Tujuan Penulisan
           Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan presuposisi.
2.      Untuk mengetahui tipe-tipe presuposisi.
3.      Untuk mengetahui tentang persoalan proyeksi.
4.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud entailmen.

1.4  Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Menambah pengetahuan kita tentang  presuposisi
2.      Kita menjadi tahu apa saja tipe-tipe prsuposisi.
3.      Kita menjadi tahu tentang persoalan proyeksi.
4.      Kita menjadi tahu tentang entailmen.




                                                            BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Presuposisi
Presuposisi atau sering juga disebut praanggapan. Sebuah tuturan dapat dikatakan mempresuposisikan atau mempraanggapkan tuturan lainnya, apabila ketidakbenaran tuturan yang dipraanggapkan itu mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran tuturan tidak dapat dikatakan sama sekali.
Contoh : Mahasiswi terpandai dikelas itu cantik sekali.
Contoh di atas mempraanggapkan atau mempresuposisikan adanya seorang mahasiswi yang benar-benar pandai  di kelas tertantu. Apabila pada kenyataannya memang ada mahasiswi yang sangat pandai di kelas itu maka tuturan di atas dapat dinilai benar atau salahnya. Sebaliknya, apabila di kelas itu tidak ada sama sekali mahasiswi yang sangat pandai, tuturan tersebut tidak dapat ditentukan benar atau salahnya sama sekali.
Perhatikan pula contoh berikut:
Novel Habibie dan Ainun sangat laris di toko-toko buku di seluruh Indonesia.
Kalimat di atas mempresuposisikan bahwa memang ada novel yang berjudul itu di toko-toko buku diseluruh Indonesia. Jika memang demikian adanya maka kebenaran preposisi yang dipraanggapkan atau dipresuposisikan tersebut bisa dipertanggungjawabkan. Sebaliknya jika tidak ada novel tersebut kebenaran presuposisi yang dipraanggapkan itu tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Contoh lain dari presuposisi atau praanggapan juga terlihat dari contoh di bawah ini:
            Kalau kamu sudah sampai Banjarmasin, tolong aku diberi kabar. Jangan sampai lupa! Aku tidak bukan hari libur.
 Contoh di atas tidak semata-mata dimaksudkan untuk memberi tahu sang mitra tutur bahwa dia harus melakukan sesuatu yang dimaksudkan dalam tuturan tersebut, melainkan lebih dari itu, terdapat suatu hal yang tersirat dan harus dilakukan. Misalnya saja,  tindakan mencari nomor telepon dari si penutur.
2.2  Tipe-Tipe Presuposisi
Praanggapan (presuposisi) sudah diasosiasikan dengan pemakaian sejumlah besar kata, frasa, dan struktur (Yule, 2006:46). Selanjutnya Gorge Yule mengklasifikasikan praanggapan ke dalam 6 jenis praanggapan,  yaitu presuposisi eksistensial, presuposisi faktif, presuposisi non-faktif, presuposisi leksikal, presuposisi struktural, dan presuposisi konterfaktual.
  1. Presuposisi Esistensial
Presuposisi (praanggapan) eksistensial adalah preaanggapan yang menunjukkan eksistensi/ keberadaan/ jati diri referen yang diungkapkan dengan kata yang definit.
·         Orang itu berjalan.
Ada orang berjalan.
 2.   Presuposisi Faktif
Presuposisi (praanggapan) faktif adalah praanggapan di mana informasi yang dipraanggapkan mengikuti kata kerja dapat dianggap sebagai suatu kenyataan.
1.      Dia tidak menyadari bahwa ia sakit.
Dia sakit.

2.      Kami menyesal mengatakan kepadanya.
Kami mengatakan kepadanya.

3.   Presuposisi Leksikal
Presuposisi (praanggapan) leksikal dipahami sebagai bentuk praanggapan di mana makna yang dinyatakan secara konvensional ditafsirkan dengan praanggapan bahwa suatu makna lain (yang tidak dinyatakan) dipahami.
1.      Dia berhenti merokok.
Dulu dia biasa merokok.

2.      Mereka mulai mengeluh.
Sebelumnya mereka tidak mengeluh.
4.    Presuposisi Non-faktif
Presuposisi (praanggapan) non-faktif adalah suatu praanggapan yang diasumsikan tidak benar.
1.      Saya membayangkan bahwa saya kaya.
Saya tidak kaya.

2.      Saya membayangkan berada di Hawai.
Saya tidak berada di Hawai.
5.   Presuposisi Struktural
Presuposisi (praanggapan) struktural mengacu pada sturktur kalimat-kalimat tertentu telah dianalisis sebagai praanggapan secara tetap dan konvensional bahwa bagian struktur itu sudah diasumsikan kebenarannya. Hal ini tampak dalam kalimat tanya, secara konvensional diinterpretasikan dengan kata tanya (kapan dan di mana) seudah diketahui sebagai masalah.
1.      Di mana Anda membeli sepeda itu?
Anda membeli sepeda.


2.      Kapan dia pergi?
Dia pergi.
6.    Presuposisi konterfaktual
Presuposisi (praanggapan) konterfaktual berarti bahwa yang di praanggapkan tidak hanya tidak benar, tetapi juga merupakan kebalikan (lawan) dari benar atau bertolak belakang dengan kenyataan.
·         Seandainya
·         Andaikan

2.3  Persoalan Proyeksi
Makna beberapa presuposisi (sebagai bagian-bagian) tidak dapat bertahan terus menjadi makna beberapa kalimat kompleks (secara keseluruhan) disebut persoalan proyeksi. Contohnya:
a.      Tak seorang pun sadar Lili lapar. (= p)
b.      Lili lapar. (= q)
c.       p>>q (pada poin ini, penutur yang mengujarkan [a] mempresuposisikan [b].
d.      Saya membayangkan bahwa Lili lapar. (= r)
e.       Lili tidak lapar. (bukan q)
f.       r>>bukan q
(pada poin ini, penutur yang mengujarkan [d] mempresuposisikan [e], kebalikan dari [b].
g.      Saya membayangkan bahwa Lili lapar dan tak seorang pun menyadari bahwa dia lapar. (= r&p)
h.      r&p>>bukan q
(pada poin ini, setelah penggabungan r&p, presuposisi q tidak lagi dianggap benar).

2.4 Entailmen
Entailmen dalam hubungan antara tuturan dengan maksudnya bersifat mutlak atau menjadi keharusan. Tuturan yang berbunyi Eli hamil muda, mengindikasikan bahwa wanita yang bernama Eli sudah pernah berhubungan sebadan dengan seorang pria tertentu sehingga dia sekarang dalam keadaan hamil muda. Tuturan yang berbunyi ian anak desa yang sangat rajin itu menjadi dokter, menunjukkan bahwa anak yang berasal dari desa itu pernah mengenyam pendidikan di universitas tertentu pada sebuah Fakultas Kedokteran. Dengan demikian, jelas bahwa hubungan antara tuturan dan maksud tuturan pada entailment bersifat mutlak dan harus ada. Jadi tuturan seperti si Emilia seorang janda kembang di desaku, menunjukkan dengan sesungguhnya, dan dengan tidak dapat disangka-sangka lagi, sosok wanita yang bernama Emilia sudah pernah menjadi seorang istri, karena sekarang berstatus janda, dan karena sebab yang sangat tertentu status keistriaannya itu hilang dan yang melekat pada dirinya sekarang adalah status kejandaan. Kenyataan seperti itulah yang didalam ilmu bahasa pragmatik disebut dengan entailment, atau banyak orang sering menerjemahkannya secara kasar dan cenderung kurang tepat sebagai sosok ikutan.










BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
·         Sebuah tuturan dapat dikatakan mempresuposisikan atau mempra-anggapkan tuturan lainnya, apabila ketidakbenaran tuturan yang dipraanggapkan itu mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran tutu-ran tidak dapat dikatakan sama sekali.
·         Gorge Yule mengklasifikasikan praanggapan ke dalam 6 jenis pra-anggapan,  yaitu presuposisi eksistensial, presuposisi faktif, presuposisi non-faktif, presuposisi leksikal, presuposisi struktural, dan presuposisi konterfaktual.
·         Makna beberapa presuposisi (sebagai bagian-bagian) tidak dapat bertahan terus menjadi makna beberapa kalimat kompleks (secara keseluruhan) disebut persoalan proyeksi
·         Entailment dalam hubungan antara tuturan dengan maksudnya bersifat mutlak atau menjadi keharusan.
3.2 Saran
Kepada para pembaca disarankan agar lebih banyak membaca buku yang berkaitan dengan presuposisi dan entailmen agar lebih memahami tentang pragmatik.









DAFTAR PUSTAKA
Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang: Penerbit Dioma.
Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi.  2010. Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis.  Surakarta: Yuma Pustaka.
Yule, George. 1998. Pragmatik. Terjemahan Jumadi. 2006. Banjarmasin: PBS FKIP Universitas Lambung Mangkurat.
Yule, George. 1996.Pragmatik. Terjemahan Indah Fajar Wahyuni. 2006. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

2 comments:

  1. kebetulan lagi nyari tentang presuposisi, alhamdulillah ketemu yang paling lengkap dari Blog yang lain

    isinya bagus,
    Bagus banget

    akan lebih bagus kalau di setting Secara professional.

    Apalagi yang paling mengganggu Pinter yang ada Tulisan muter muternya . Mengganggu -__-

    ReplyDelete
  2. terimakasih sudah memposting materi ini, saya rada kurang ngerti pas dosen jelasin, tapi mbanya menjelaskan bikin saya mudah memahaminya

    ReplyDelete

m
o
c
.
r
u
u
N
n
A
h
a
i
r
e
p
a
S
.
w
w
w