widgetku

Friday, May 17, 2013

Sastra Bandingan Nusantara


SASTRA BANDINGAN NUSANTARA

Sastra, sebagai bagian dari kebudayaan, ditentukan antara lain oleh geografi dan sumber daya alam. Berdasarkan kedua hal itulah kita menyususn masyarakat dan menentukan tata lain. Dalam karya sastra semua hal tersebut dicatat dan ditanggapi secara kreatif. Berbagai dongeng yang diciptakan nenek moyang kita, yang sampai kini masih ada sisanya dalam kenangan kita, perlu dibanding-bandingkan agar kita mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai persamaan dan perbedaan antara kita.
Dalam sebuah makalah, A. Ikram (1990) menawarkan studi perbandingan yang didasarkan pada sastra-sastra yang berkembang di Nusantara. Ia membuat pengelompokkan masalah berdasarkan konsep-konsep yang telah ditawarkan oleh Clement (1978), yaitu: (a) genre dan bentuk, (b) periode, aliran, dan pengaruh, serta (c) tema dan mitos.
Beberapa genre yang berkembang di Indonesia bisa kita jumpai di mana-mana. Namun, terutama karena adanya berbagai jenis pengaruh, tradisi sastra kita memiliki kekayaan genre yang tidak dimiliki oleh banyak bangsa. Seperti: genre wiracarita dalam bentuk syair, kidung, kakawin, hikayat, berbagai jenis teater rakyat, dan pelipur lara.
Sastra bandingan menggarisbawahi pentingnya penggunaan bahasa asli, karenanya seorang yang melalakukan studi perbandingan antara kakaawin dan hikayat harus menguasai dua bahasa sebaik-baiknya. Kakawin ditulis dalam bahasa Jawa Kuna, sedangkan hikayat dalam bahasa Melayu. Ini bisa dipermudah dengan menggunakan terjemahan, tetapi harus diingat bahwa hanya terjemahan yang teliti dan setia kepada aslinyalah yang bisa dipergunakan sebagai bahan bandingan.
Menurut Ikram (1990: 8), genre yang juga digemari di Indonesia adalah sastra didaktik. Ia mengatakan bahwa sifat didaktik ini memang sulit dihindari dalam sastra tradisional karena oleh masyarakat masih dianggap sebagai intipati segala sastra dan kita temukan dalam berbagai bentuk. Syair, hikayat, cerita berbingkai, kidung, sastra tanya-jawab, cerita binatang; semua digunakan sebagai wahana untuk membawa nasihat. Bentuk untuk menyampaikan sastra didaktik tentu tidak harus menggunakan binatang sebagai tokohnya dan juga tidak harus berupa prosa. Salah satu karya sastra didaktik penting yang ditulis dalam bahasa Melayu adalah Gurindan 12 karya Raja Ali Haji.
Sastra sejarah juga merupakan genre yang ada di mana-mana. Kebudayaan Melayu telah menghasilkan Sejarah Melayu, kitab yang diaanggap begitu penting oleh sementara orang Melayu sehingga dianggap sebagai catatan sejarah yang otentik dan karenanya sering dilupakan sisi fiksinya. Kebudayaan Jawa telah menghasilkan juga sejumlah besar babad  yang oleh sementara orang Jawa juga dianggap sebagai sejarah. Sastra sejarah dihasilkan oleh semua masyarakat yang pernah memiliki kerajaan sebab salah satu fungsinya adalah untuk mencatat apa yang telah dilakukan suatu dinasti dalam menciptakan kerajaan yang dipimpinnya.
Genre lain yang selalu ada dalam semua kebudayaan adalah mantra, yang di Indonesia dimiliki oleh semua suku bangsa. Mantra adalah genre tradisi lisan yang bisa dipergunakan sebagai wahana untuk mencapai berbagai jenis maksud dan tujuan. Setiap masyarakat menciptakan mantra untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam sastra bandingan, mantra merupakan sumber penelitian yang sangat subur sebab genre itu kedapatan di manapun dan kapanpun, tidak hanya di Indonesia dan tidak hanya dalam tradisi lisan.
Bentuk lain yang juga menarik untuk dibandingkan adalah pantun. Di Jawa, pantun disebut parikan. Kalau di kebudayaan Melayu, pantun bisa dipergunakan sebagai bentuk sastra yang “resmi” dalam berbagai kegiatan sosial. Di Jawa, parikan umumnya dikenal sebagai bentuk untuk menyampaikan hal-hal yang lebih cenderung ke hiburan dan bukan dakwah. Dalam tradisi pantun Melayu, kita mengenal pantun agama, pantun adat, pantun orang tua yang khusus dipergunakan sebagai saran untuk mendidik masyarakat. Parikan di Jawa antara lain dipergunakan dalam teater tradisional, seperti ludruk, umumnya mengandung ungkapan ringan yang berfungsi sebagai hiburan.
Penelitian mengenai genre bisa bertumpang tindih dengan penelitian mengenai pengaruh yang dalam artinya yang luas mencakup juga perubahan bentuk, saduran, dan terjemahan. Ikram menunjukkan bahwa cerita Amir Hamzah dalam bahasa aslinya, yakni bahasa Arab telah mengalami perubahan bentuk yang sangat jauh dalam sastra-satra Bugis, Sasak, Melayu, dan Jawa.
Studi mengenai tema dan mitos bisa erat sekali katannya. Contoh penting yang harus disebut adalah kisah yang berdasarkan konsep Kompleks Oedipus. Kisah yang mengungkapkan hubungan asmara antara ibu dan anak itu mencul dalam banyak kebudayaan, di Indonesia kita bisa menemuinya dalam kisah Sangkuriang di Sunda dan kisah Prabu Watugunung di Jawa. Kesusastraan kita telah mengolahnya menjadi suatu hasil budaya yang sama sekali berbeda dengan yang didapati di dalam kesusastraan Yunani.


1 comment:

  1. matur nuwuun,,, susah nyarinya mbak... makasih banyak :3

    ReplyDelete

m
o
c
.
r
u
u
N
n
A
h
a
i
r
e
p
a
S
.
w
w
w